Menyulap Kaleng Bekas Jadi Burung

Burung kaleng buatan Kusnodin terbang ke mana-mana. Dari Magelang hinggap ke pulau-pulau besar Indonesia, hingga menclok ke mancanegara semacam Jerman, Austria dan Amerika Serikat.

Orang-orang biasa dengan penghasilan biasa-biasa saja: cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan, tampak lebih bersahaja. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dengan tanpa melupakan lingkungan sosialnya. Maka, sudah sewajarnya jika dari sana lahir sebuah budaya yang santun, guyup rukun, saling menghormati, saling membantu, alias damai, tenteram dan nyaman.

Dari sana pula kebiasaan menjaga lingkungan lestari, jalan-jalan dan sungai yang bersih, terus terawat. Tanpa banyak cakap, sebuah kerja kreatif pun lahir.

Kita sering melihat tempat sampah yang terbuat dari kaleng. Bentuknya seperti tabung. Di bagian atasnya berfungsi sebagai asbak dan di bagian tengahnya dibiarkan bolong berbentuk bundar. Bolongan ini sengaja dirancang untuk mempermudah orang membuang sampah. Tabung sampah berbentuk tabung ini biasa kita temukan di bank, mal dan tempat keramaian lainnya. Waktu kita mengantri di bank, maka kita berbaris memanjang dan dibatasi oleh sebuah pembatas. Pembatas itu juga terdiri dari beberapa tiang yang terbuat dari kaleng, di mana masing-masing tiang itu dihubungkan oleh seutas tali.

Kita juga sering melihat gemerlap lampu panggung? Tepatnya lampu panggung yang terdapat di kanan dan kiri panggung bagian depan. Lampu panggung itu seperti kubah dan disambung dengan sebuah tabung. Kita juga biasa melihat dandang, oven, pencetak roti dan seterusnya. Semuanya terbuat dari kaleng. Kita dapat menyaksikan para pengrajin kaleng tersebut. Usaha home industry yang mengandalkan kerja kreatif ini dapat ditemukan di daerah Magelang, Jawa Tengah.

Salah seorang yang mewujudkan kerja kreatifnya dan memperoleh penghasilan untuk menghidupi diri dan keluarganya, tentu tanpa melupakan kepedulian terhadap lingkungan sosial, adalah Kusnodin. Ia menyulap kaleng bekas menjadi aneka jenis burung (juga ayam jago). Karya-karya Kusnodin ini berkelas dan berkualitas. Buktinya, hasil karyanya menyebar ke mana-mana: di dalam negeri dapat dijumpai di hampir semua pulau-pulau besar Indonesia seperti pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua; sementara para konsumen dari luar negeri seperti Jerman, Austria dan Amerika Serikat, mendapatkan berbagai jenis burung kaleng nan cantik ini melalui pihak ketiga.

Karena bahan baku aneka jenis burung yang dibikin Kusnodin umumnya berasal dari kaleng bekas, itu berarti ia telah menyelamatkan lingkungan dari pengrusakan. Otomatis penduduk yang tinggal di sekitar rumah Kusnodin tak lagi membuang kaleng bekas, melainkan menjualnya ke tempat usaha pria yang memulai menyulap kaleng bekas menjadi aneka jenis burung itu pada 1987.

Pada tahun itu, 1987, Kusnodin memantapkan diri memulai bergelut di dunia kerajinan, terutama kerajinan kaleng. Awalnya, ia memproduksi beragam jenis kerajinan kaleng, namun di tengah perjalanan usahanya ia memilih spesialisasi produksi, yakni menyulap kaleng bekas menjadi aneka jenis burung. Umumnya jenis burung bangau, merak dan garuda dengan beragam ukuran, dari 20 cm sampai 50 cm. Demikian pula dengan harga jual, dari mulai Rp 95.000,- hingga Rp 1.750.000,-

Dengan alat sederhana seperti gunting, palu, tatah, tang, solder, dilengkapi meja kerja serta keperluan finishing, tangan-tangan terampil yang tersebar di sekitar rumah Kusnodin, mampu memproduksi burung kaleng sekitar 3.000-5.000 “ekor” per bulan. Sebagian besar produksi berukuran 20 cm, yang dijual dengan harga Rp 95 ribu per “ekor”. Dengan rata-rata keuntungan per bulan Rp 30 juta.

Sekitar 90 pekerja yang membantu menyulap kaleng bekas menjadi aneka jenis burung itu juga mendapatkan hasil yang lumayan setiap bulannya. Setiap pekerja setidaknya menghasilkan 300 “ekor” burung kaleng per bulan dikali Rp 5.000, maka tak kurang pendapatan rata-rata pekerja di bawah komando Kusnodin adalah Rp 1.500.000,- per bulan. Lumayan bukan?

Guyup, rukun dan menghasilkan. Itulah suasana usaha rumahan Kusnodin yang ia beri nama “Pengrajin Kaleng Karya Baru”. Mungkin betul, aneka jenis burung dari kaleng itu terbilang karya baru dibanding karya dari kaleng lainnya seperti dandang. Lagian, hasil karya tangan-tangan terampil di bawah manajemen Karya Baru ini tak menggunakan kaleng baru, tetapi kaleng bekas yang disulap menjadi barang baru.

Jadi, kalau kita tertarik berusaha sendiri atau bahu membahu membuka usaha semacam home industry, ternyata tak harus memiliki modal uang terlebih dahulu. Namun, yang pasti dan harus dimiliki adalah modal semangat lalu kerja keras. Dengan semangat dan kerja keras, maka keterampilan segera dimiliki dan uang pun segera dipunyai. Kusnodin adalah contoh di mana dengan modal keyakinan dan tekad dapat mendatangkan uang cukup bahkan merembet ke para tetangganya. Maka, bagi pembaca yang ingin mandiri dengan berusaha sendiri, berbuatlah dan terus berbuat!

Borobudur Borongan
Siapa tak mengenal Candi Borobudur? Orang mancanegara pun rata-rata mengenal Candi yang tersohor di dunia itu. Bangunan raksasa dengan arsitektur yang luar biasa hebat itu dibangun oleh nenek moyang bangsa Indonesia tempo dulu. Nah, Candi Borobudur yang tak tertandingi –dari sisi kontruksi, arsitektur, interior-eksterior, bahan bangunan yang dipakai, seni-budaya dan keunikan-kekhasan dan lain-lain-- hingga kini itu, terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Di daerah inilah Kusnodin dan 90 pekerja seni kerajinan kaleng itu lahir dan besar, lalu merengkuh kehidupan dengan cara alamiah: harmoni yang sesungguhnya, dalam pengertian bahwa dinamika kehidupan selalu ada dan terus terjadi tetapi semua perbedaan yang ada pada mereka justru melekatkan solidaritas kemanusiaan.

Mau memuaskan plesiran dengan menikmati aneka kerajinan dan makanan? Magelang adalah gudangnya. Kita bisa menikmati komoditas agro, yakni padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Di beberapa kawasan home industry, kita bisa mengoleksi berbagai produk kerajinan dengan harga terjangkau: kriya kayu, burung kaleng, pigura kuningan-tembaga, replika kapal yang mengarungi samudera, sapu payung, boneka kapas dan kerajinan kayu kelapa. Sementara kalau kita mau memanjakan lidah atau membawa oleh-oleh panganan buat keluarga yang di rumah, di Magelang ada slondok, ceriping ketela dan rengginan.

Jadi, di Borobudur kita bisa borongan membeli aneka produk kerajinan, makanan khas dan lain-lain yang istimewa. [Profil Usaha, Edisi 104 / Tahun III / Tanggal 16 Juni - 22 Juni 2008]



Label:

0 komentar: