Masyhudi Saan: Pendidikan Keaksaraan Dipandang Sebelah Mata

Angka buta aksara di Indonesia terus menunjukkan penurunan, pada awal tahun 2008 tercatat tinggal 11 juta orang atau 7,2 persen populasi berusia di atas 15 tahun yang tidak bisa baca tulis. Angka itu jauh lebih rendah dibanding data tahun 2004 yang 10,2 persen. Keberhasilan program keaksaraan di Indonesia ini sangat diapresiasi UNESCO, bahkan dijadikan percontohan buat negara-negara lain.

Nah, diantara para pemberantas buta huruf itu adalah Masyhudi Saan SAg. Prestasi membanggakan telah diukirnya. Kepala SD Muhamadiyah Gejlig, Kajen, Kabupaten Pekalongan, itu keluar sebagai Juara I Nasional Lomba Karya Tulis Pendidikan Keaksaraan. Gelar yang diraih Masyhudi adalah satu dari lima gelar yang diraih Jawa Tengah dalam Jambore Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTKPNF) di Bogor, 10-12 Agustus 2007.

Dalam pengumuman dan penganugerahan PTKPNF berprestasi di TMII Jakarta, 15 Agustus tahun lalu, itu telah ditayangkan di salah satu televisi swasta. Alumnus STAIN Pekalongan ini menyisihkan peserta lain dari 32 provinsi.

Tulisan warga Tambakroto, Kajen, tentang “Model Evaluasi Rekreatif untuk Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional” dinilai inovatif dan dipilih sebagai yang terbaik oleh tim yuri yang terdiri dari beberapa guru besar dari perguruan tinggi terkemuka di tanah air.

Masyhudi mengaku tak menduga jika gagasan yang disarikan dari pengalamannya selama jadi tutor sejak 2005 itu terpilih sebagai yang terbaik. “Selain hadiah materi, pengalaman melihat aktivitas presiden selama Agustusan adalah hadiah yang tak ternilai,” ujarnya.

Selain mendapat hadiah Rp 10 juta, suami dari Zaenab (34) itu memang diundang mengikuti serangkaian kegiatan Agustusan di Istana dan Gedung DPR RI. Di antaranya pembacaan detik-detik proklamasi, upacara bendera dan ramah tamah bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Meski telah mendulang prestasi di tingkat nasional, ayah dari Ilma Qurrota Aina (12) dan Ilma Hanifa Madina (8) mengaku belum puas. Pasalnya di Kabupaten Pekalongan masih ada 16.000 jiwa yang buta aksara. “Kami masih punya banyak tanggungjawab mendidik masyarakat agar tidak buta aksara,” ucap Masyhudi. Keberhasilan pendidikan termasuk pengentasan keaksaraan membutuhkan perhatian dan keseriusan dari pemerintah. “Selama ini kami melihat pendidikan keaksaraan masih dipandang sebelah mata. Padahal itu adalah indikator dari indeks pembangunan manusia (IPM),” tambahnya.

Masyhudi Saan tak pernah berhenti membuat melek orang-orang yang buta huruf. Metode, gaya, atawa model memelekkan masyarakat buta huruf itu pun bervariasi. Antara lain seperti cerita berikut ini:

Pada lomba Warga Belajar Keaksaraan Fungsional Kabupaten Pekalongan, 8 Desember 2007, tak ada suasana tegang. Suasana lomba yang digelar di Gedung Koperasi Giat Kajen berlangsung santai.

Tingkah laku peserta yang merupakan warga yang baru mengenal aksara dan berusia 40-60 tahun mengundang gelak tawa. Saniat (50), salah seoang peserta misalnya berulangkali memancing tawa dari juri saat kebingungan ketika diminta menjawab lembar soal yang diberikan juri.

“La iki piye tulisane ora genah tulung digenahke disik (la ini gimana tulisannya tidak jelas tolong dijelaskan dulu,” ucapnya dengan suara lantang.

Lontaran lugu dari peserta itu kontan membuat juri, peserta lain dan penonton tertawa. Dewan juri pun dengan sabar mendekati dan menebalkan ketikan dalam lembar jawab dengan pena. Wanita itu pun kembali serius menuliskan huruf demi huruf dengan hati-hati.

Namun belum selesai menuliskan sebuah kata dia kembali bertanya, “Tolong soalnya dibacakan lagi saya lupa.”

Derai tawa kembali pecah di ruangan itu, juri pun tertawa terpingkal-pingkal. Sebab soal yang dimaksud baru saja beberapa menit dibacakan. Setelah dibacakan ulang, sang ibu meneruskan aktivitasnya sambil melemparkan senyum ke peserta lainnya.

Persitiwa itu hanyalah sebagian kecil dari adegan lucu yang muncul dalam lomba itu. Pada babak penyisihan para peserta diuji kemampuan menulis dan menghitung yaitu dengan menjawab pertanyaan. Para peserta diberi surat undangan. Dari materi yang ada di surat undangan itu peserta diminta menjawab berbagai pertanyaan.

Dari 20 peserta terpilih enam orang yang punya nilai tertinggi dan lolos ke babak final yaitu sesi keterampilan membaca. Tiga peseta yaitu Sri Daepah (wakil dari PKK), Faizin (Aisyiyah) dan Casriyah (Muslimat) akhirnya keluar sebagai juara I, II dan III. “Mereka juara karena mengumpulkan nilai tertinggi,” ucap Ketua Dewan Juri, Masyhudi Saan.

Menjadi juri lomba, kata penerima Satya Lancana Bidang Pendidikan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu tidak hanya harus teliti namun juga sabar. Sebab sebagian besar adalah orang tua yang tidak terbiasa dengan aktivitas baca tulis.

Namun dia mengaku terhibur sebab banyak kejadian lucu yang membuat ger-geran hingga suasana lomba menjadi lebih berwarna.

Dalam perjalanannya, tokoh pendidik ini menyabet peringkat I pada Training Of Trainers (TOT) Pendidikan Keaksaraan tingkat Nasional di BPPLSP Regional IV Surabaya, Harapan Tiga pada Seleksi Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Berprestasi tingkat Provinsi Jawa Tengah di Bandungan, Penghargaan dari Bupati Pekalongan pada HUT Kabupaten Pekalongan ke-385 tahun 2007 sebagai tutor Pemberantasan Buta Aksara terbaik Kabupaten Pekalongan. Ranking pertama seleksi Lomba Karya Tulis Pendidikan Keaksaraan Provinsi Jawa Tengah, Juara I Lomba Karya Tulis pada Jamnas PTK-PNF Depdiknas 2007 Bogor. Serta Penerima penghargaan ’Satya Lencana Pendidikan’ dari Presiden RI pada Hari Guru Nasional di Pekanbaru, November 2007.

Masyhudi Saan adalah seorang guru yang tidak saja memfokuskan tugasnya mendidik para muridnya menjadi pintar, tetapi juga para orang tua murid yang masih buta aksara menjadi melek aksara. Baginya, mendidik tidak hanya di sekolah namun bisa di mana saja: musholla, rumah, dan di pinggir sawah. Wajarlah pria yang juga aktif sebagai pemimpin musholla di tempat tinggalnya itu beroleh berkah: satya lencana dari Presiden RI dan berbagai penghargaan lainnya.[Figur » Edisi 98 / Tahun II / Tanggal 5 Mei - 11 Mei 2008]

Label:

0 komentar: