Biru Langit di Ranah Sampel

Warna biru langit cukup menonjol di ranah sampel. Warna Partai Demokrat itu lebih gemuk dibanding warna partai-partai lainnya yang disurvei beberapa lembaga survei. Pertanyaannya apakah pilihan ribuan masyarakat (dalam survei) terhadap partainya SBY tersebut akan benar-benar menjadi nyata pada pemilu 9 April 2009: dalam hal ini, Partai Demokrat memenangi pemilu legislatif?

Menonjolnya warna biru langit di ranah survei boleh jadi cukup representatif menunjukkan bahwa Partai Demokrat bakal memenangi pemilu legislatif. Survei bersama
Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Puskapol UI, Februari silam menghasilkan: pemilih yang memilih Partai Demokrat berjumlah 21,52%; mengungguli PDIP 15,51%, Partai Golkar 14,72%, PKS 4,07% dan Partai Gerindra 2,62%.

Selain itu, menurut hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN), partai “biru langit” ini menjadi pilihan mahasiswa. Partai Demokrat tetap menempati urutan pertama dengan angka 32,97%; menyusul PKS 14,12%; Partai Gerindra 12,73%; PDIP 8,57%; dan Partai Golkar 6,57%. Elektabilitas Partai Demokrat berkibar. Meroketnya perolehan partai berlogo tiga berlian di kalangan mahasiswa tidak lepas dari pengaruh tokoh figur partai masing-masing. Pulihnya popularitas Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendongkrak elektabilitas partai bernomor 31 tersebut.

Menurut survei LSN yang dilakukan pada 5-15 Maret 2009 di 33 provinsi, tingkat keterpilihan capres Partai Demokrat SBY kian jauh mengungguli capres PDIP Megawati Soekarnoputri.

Survei yang melibatkan 1.230 responden yang diambil secara acak bertingkat (multistage random sampling) itu melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara tatap muka menggunakan kuesioner: margin error 2,8% dan tingkat kepercayaan mencapai 95%. Responden ditanyai siapa presiden yang akan dipilih jika pilpres diadakan saat ini. Sebanyak 41,1% publik mengaku akan memilih SBY, sementara Megawati hanya mendapatkan simpati sebesar 15,3%. Tingkat elektabilitas SBY naik dibanding survei LSN pada Desember 2008 lalu yang sebesar 32%, sedangkan elektabilitas Megawati sejak survei bulan September tahun lalu selalu stagnan di kisaran 15-20%.

Naiknya tingkat elektabilitas Partai Demokrat cenderung mengikuti trend SBY, sang Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Ketika popularitas SBY menurun pada kisaran bulan Mei hingga November 2008 akibat naiknya harga BBM: premium Rp 6.000 per liter dari sebelumnya Rp 4.500 per liter dan solar Rp 5.500 per liter dari sebelumnya Rp 4.300 per liter; elektabilitas terhadap Partai Demokrat juga tampak menurun.

Begitu pula, pada saat popularitas SBY terus menanjak sejak harga BBM turun pada medio Desember 2008, elektabilitas Partai Demokrat turut menanjak. Harga premium diturunkan sebesar Rp 500 menjadi Rp 5.000 per liter. Sebelumnya, di awal bulan Desember, premium telah mengalami penurunan harga dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.500. Harga solar juga diturunkan menjadi Rp 4.800, atau turun Rp 700 dari harga semula.
Saktinya jurus harga BBM membuat SBY tak akan menaikkan harga BBM, setidaknya sampai pemilu legislatif. Meskipun kali ini, harga minyak dunia kembali naik, menurut perhitungan pemerintah saat ini harga minyak dunia menyentuh level US$ 43-45 per barel, namun harga BBM dalam negeri tetap dijaga: tidak naik!

Andai pemerintah mengikuti logika ketika menaikkan harga BBM pada Mei 2008 dikarenakan melonjaknya harga minyak dunia, tetapi mengapa sekarang ini hal yang sama tidak dilakukan? Dalam logika politik tentu kebijakan pemerintah menjaga harga BBM dalam negeri berkaitan dengan “kepentingan” menjaga popularitas dan elektabilitas SBY –yang berpengaruh pada meningkatnya tingkat keterpilihan Partai Demokrat.

Rumus ini terbilang manjur di ranah sampel. Para pemilih yang jumlahnya seribuan itu menjadi potret dari 160 jutaan pemilih di Indonesia . Taruhlah suara sah pada pemilu 9 April 2009 adalah 160 juta orang: itu berarti Partai Demokrat harus mampu menangguk suara 34 juta lebih. Sebuah lonjakan yang dahsyat andai itu terjadi. Sebab pada pemilu legislatif 2004, Partai Demokrat hanya memeroleh suara 8.455.225 (7,45%). Jadi, mungkinkah perolehan suara Partai Demokrat mampu melonjak hampir tiga atau empat kali lipat pada 2009? Saya kira kondisi riil pemilih tidak persis seperti tergambar dalam hasil-hasil survei. Boleh jadi perolehan suara Partai Demokrat akan naik, tetapi tak sedahsyat hasil-hasil survei: dari 7,45% (2004) menjadi 15% (2009) saja sudah teramat istimewa! [Polemik, Tahun I, Edisi 5, 6-12 April 2009]


[...Selengkapnya]

Label: