Ali Masykur Musa, Plt Ketua Umum DPP PKB

Ali Masykur Musa menolak anggapan bahwa politik sebagai ladang hidup. Baginya, politik itu pilihan hidup. “Saya tidak memilih politik sebagai ladang hidup, karena politik itu merupakan panggilan dan tuntutan sejarah buat saya,” kata Plt Ketua Umum DPP PKB itu.

Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sekaligus dosen di Universitas Mercu Buana (UMB) ini, kalau politik merupakan ladang hidup, seakan-akan politik menjadi lahan mencari rezeki dan uang. “Padahal, politik untuk pengabdian dan perjuangan.”

Santai, flamboyan, dengan raut muka maskulin, demikian anggota Komisi XI DPR RI ini dikenal oleh masyarakat. Sikap ini ditunjukkannya dalam gaya bicara yang santun, intonasi kata dan gaya tuturnya tertata rapi. Gaya seperti itu juga terlihat ketika Opini Indonesia menyambanginya di sebuah kantor di Jalan Dewi Sartika, Jakarta, Selasa pekan lalu.

Politisi santun itu kini hatinya berbunga-bunga. Kegembiraan tengah menggelayuti kehidupannya. Bukan karena ia dipercaya oleh Ketua Umum Dewan Syuro PKB Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Plt Ketua Umum DPP PKB, tetapi pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 12 September 1962, itu, telah berhasil meraih cita-cita yang diidamkannya sejak usia sekolah dasar, yakni memperoleh derajat doktor.

Rabu, 3 Oktober 2007, Gedung Rektorat Universitas Negeri Jakarta (UNJ) telah menjadi saksi pencapaian cita-cita Ali Masykur Musa itu. Ia dinyatakan lulus sebagai seorang doktor di bidang Majemen Pendidikan dengan konsentrasi studi Kebijakan dan Politik Anggaran, dengan disertasi berjudul: “Perubahan UUD 1945 tentang Pendidikan dan Implikasinya terhadap Politik Anggaran Pendidikan Nasional: Sebuah Analisis Kebijakan”. Ia menjadi doktor ke-812 dari Program Pascasarja UNJ.

Karirnya di dunia akademik mengalir seperti air, begitu pula dengan aktivitasnya di dunia politik. Dewan Syuro PKB memberikan amanah kepada mantan Ketua Umum PB PMII periode 1991-1994 ini menjadi Plt Ketua Umum DPP PKB yang ditinggalkan oleh Muhaimin Iskandar. Limpahan tugas ini diterimanya dengan lapang dada. Namun, katanya, “Saya sebetulnya tidak dalam posisi meminta atau memobilisir agar jabatan itu diberikan kepada saya.”

Jabatan itu bukanlah sesuatu yang istimewa buat Ali Masykur Musa. Ia sudah melalui proses cukup lama di PKB sejak partai ini berdiri. Jabatan demi jabatan sudah diembannya. Ketika partai ini lahir, jabatan ketua Departemen Pemuda dan Mahasiswa sudah diberikan kepadanya. Berturut-turut, jabatan ketua DPP PKB dan Wakil Ketua Umum. Baginya, jabatan Plt Ketua Umum adalah hal biasa. “Secara ex officio, wakil ketua umum menjalankan tugas ketua umum apabila ketua umum berhalangan. Sehingga waktu itu saya merasa biasa,” tuturnya.

Politisi jebolan Universitas Negeri Jember ini menjalani hidup dan karir politiknya selalu mengikuti filosofi air mengalir. “Saya hidup mengalir saja,” katanya. Setiap pekerjaan, baik di parlemen atau kampus adalah panggilan Tuhan. “Itu panggilan, di mana saja saya bekerja saya mengartikan itu panggilan Tuhan. Saya harus mengabdikan amanah itu dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.

Namun begitu, tugas sebagai Plt Ketua Umum DPP PKB bukan perkara mudah. PKB sedang mengalami kemelut pasca pencopotan Muhaimin Iskandar. Peristiwa itu berbuntut karena Muhaimin Iskandar tidak menerima keputusan rapat pleno yang memecatnya dari kursi ketua umum DPP PKB.

Kini tugas berat sedang ditapaki Ali Masykur Musa. Ia pun sudah mendatangi Departemen Hukum dan HAM. “Menurut Undang-Undang, dalam satu bulan setelah terjadi perubahan kepengurusan harus dilaporkan ke Departeman Hukum dan HAM,” katanya dengan nada santai.

Masalahnya, Muhaimin Iskandar mengajukan gugatan ke pengadilan atas pemecatan dirinya oleh sidang pleno PKB, Maret lalu. Meski begitu, bagi Ali Masykur Musa, itu bukanlah hal yang akan menjadi kendala. Menurutnya, kalau Departemen Hukum dan Ham sudah memahami nomenklatur dan struktur pengambilan kebijakan dan pengendalian ada di Dewan Syuro, “Tentu perubahan itu tidak ada halangan buat Departemen Hukum dan HAM,” katanya sambil tersenyum. Ia pun yakin PKB dengan susunan pengurus baru akan lolos verifikasi baik oleh Departemen Hukum dan HAM maupun KPU.

Saat ini PKB sedang ada masalah, bukan hanya organisatoris semata, tetapi masalah itu ada dampak politisnya. Ia khawatir kalau konflik itu terus merembet sampai ke bawah, cabang-cabang. Oleh karena itu, ketika Ali Masykur Musa mendapat mandat dari Gus Dur, ia ditugaskan untuk melokalisir konflik hanya pada tingkat DPP.

Ketika kader-kader muda PKB berusaha melawan kepemimpinan Gus Dur, Ali Masykur Musa memilih berdiri di barisan Dewan Syuro. Ia sendiri setuju dengan gagasan untuk membangun PKB menjadi partai rasional dan mekanis serta menjunjung tinggi prosedur. Menurutnya, itu merupakan tuntutan sejarah untuk menuju partai modern. Namun ia juga berpikir rasional, AD/ART PKB mengatur bahwa struktur tertinggi partai adalah Dewan Syuro. “Faktnya Gus Dur masih ketua Umum Dewan Syuro, salah satu prinsip demokrasi itu orang harus taat aturan,” tegasnya

Menurutnya, pikiran-pikiran Gus Dur yang humanis, demokratis, terbuka dan pluralis, dikagumi ole seluruh kader muda NU, kader muda PKB bahkan bangsa ini mengagumi pikiran-pikiran besarnya. “Gus Dur menjadi faktor utama dalam gerakan demokrasi dan dalam membesarkan PKB,” ujarnya.

Sekarang ia punya beban untuk menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (MLB) PKB yang segera digelar di Bali, 30 April hingga 1 Mei. MLB itu diharapkan dapat menjadi ajang penyelesaian konflik PKB sekarang. “Moga-moga lancar tidak ada masalah. MLB bisa menjadi solusi atas semua masalah, dan semoga tidak justru mendatangkan masalah,” harapnya.

******

Sejak kecil Ali Masykur Musa dididik dalam tradisi NU yang cukup kuat. Pendidikan keluarga dan lingkungan telah membentuk dirinya menjadi sosok orang yang penuh dedikasi dan pengabdian. Orang tuanya tidak pernah mengizinkannya masuk dunia modern sebelum nyantri di pondok pesantren terlebih dahulu. Hal serupa ia tanamkan kepada anaknya. “Kalau sudah mondok, orang tua saya percaya,” kenangnya.

Ali Masykur Musa kecil dikenal sebagai anak cerdas. Di Madrasah Diniyah langsung masuk kelas 4, masuk SD di kelas 5. Kecerdasan terus mengantarkannya hinga memasuki dunia mahasiswa. Ia menjadi mahasiswa teladan ketika lulus S1 dari Universitas Jember tahun 1986, hingga ia langsung ditawari untuk mengajar di alamamaternya. Di sana ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil selama 12 tahun.

Sewaktu kecil, Ali Masykur Musa mengaku sering berganti-ganti bercita-cita, namun ia mantap memilih politik sebagai hobi saat duduk kelas 2 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tulungagung. Pilihan ini bukan begitu saja datang, tetapi telah berurat berakar sejak ia dididik oleh lingkungan keluarga yang menanamkan kesadaran sosial, politik dan kemasyarakatan. “Sejak Aliyah, saya sudah punya bakat berpolitik,” kenangnya. Ia mendapatkan indoktrinasi itu dari orang tuanya. “Hidup itu bukan kesenangan, tetapi hidup itu pengorbanan untuk orang lain”, itulah yang selalu ditanamkan orang tuanya.

Kini, bagi Ali Masykur Musa, PKB merupakan partai yang didirikan dan menjadi penyalur aspirasi warga NU. Sebab para pendirinya waktu itu memang struktural NU, baik Gus Dur maupun Kiai Ilyas Ruchiyat. Pilihannya itu memang dipengaruhi oleh latar belakang sosial-politik lingkungannya. “Politik saya adalah politik NU,” pungkasnya.[Figur » Edisi 97 / Tahun II / Tanggal 28 April - 2 Mei 2008]

Label:

0 komentar: