Mengolah Sampah Plastik Jadi Tas Cantik

Tak selamanya sampah harus di buang. Dengan sedikit kreativitas sampah plastik menjadi aneka tas yang sangat bernilai ekonomis.

Di bengkel Emmy Laksmiyanti, sampah-sampah plastik dikumpulkan dari para pemulung. Sampah plastik dicuci, dijemur, dan dipisah-pisahkan. Plastik dari bekas aneka barang kemasan itu lalu dibentuk jadi aneka produk berharga.

Tas plastik buatan Emmy Laksmiyanti mampu dijual antara Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu. Ia pun menikmati manfaat bukan hanya sebagai pengusaha, tetapi juga para ibu-ibu tetangganya sebagai tenaga kerja, dan pemerintah DKI Jakarta yang terbantu persoalan sampahnya, meski tak seberapa.

Tidak sulit untuk mencari tempat usaha pengolahan sampah plastik yang dilakukan Emmy Laksmiyanti. Orang yang ingin tahu produk hasil kerjanya, tinggal jalan kaki dari jalan Mampang Prapatan II No. 36 Jakarta Selatan. Tempatnya memang terletak di gang sempit, yang hanya bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. Di kanan dan kirinya tampak asri karena penuh dengan pot-pot aneka bunga. Di sinilah Emmy Laksmiyanti memberdayakan para wanita untuk menyulap sampah plastik. Hasil produksinya berbentuk berbagai macam tas, dari model tas belanja, tas sekolah, hingga tas pakaian dan traveling.

Awalnya memang dari sebuah keprihatinan. Ratusan ton sampah tiap hari diproduksi warga Jakarta. Sampah organik dan nonorganik. Salah satunya yang sulit diurai adalah sampah plastik, yang kalau masuk selokan dapat mengakibatkan banjir. Sampah inilah yang diolah, terdiri dari bungkus minyak goreng, pewangi pakaian, sampo, dan kemasan isi ulang lainnya yang relatif agak tebal dan mudah dijahit.

Sampah-sampah plastik itu diperoleh dari pemulung yang sudah menjadi langganannya. Tak kurang dari 50 kilogram tiap dua minggunya berhasil diolah. Harga sampah plastik dari pemulung tiap kilonya mencapai Rp 4.000. Ia juga sering mendapat suplai sampah plastik dari para tetangganya.

Bagaimana cara membuatnya? Mulailah dengan menyortir dan mengklasifikasi jenis sampah plastik. Langkah berikutnya sampah-sampah itu dicuci bersih, termasuk dengan sabun khusus agar minyak yang melekat pada sampah bekas minyak goreng dapat hilang. Selanjutnya dipotong-potong sesuai motif dan disain yang diinginkan. Langkah berikutnya adalah menjahit menjadi tas. Cukup sederhana.

Untuk membuat satu tas mungil dapat menghabiskan 3 ons sampah, atau sekitar 36 lembar plastik bungkus pewangi, semisal molto, atau plastik sabun sunlight. Jadi kalau satu kilogram sampah setelah diolah dapat tiga sampai empat tas, dengan harga jual mencapai Rp 120 ribu.

Tiap hari Emmy mampu membuat sepuluh tas kecil. Untuk tas besar ukuran traveling, yang harga jualnya mencapai Rp100 ribu menghabiskan bahan plastik 3/4 kilogram. Kalau dihitung nilai ekonomisnya, cukup menjanjikan. Bayangkan, harga 3/4 kilogram plastik sebesar Rp 3.000 rupiah ditambah ongkos disain dan penjahitnya, hanya menghabiskan total ongkos produksi tidak lebih dari Rp 20 ribu per satu tas. Jika dijual Rp 100 ribu, maka keuntungannya adalah Rp 80 ribu.

Jika produksi ini ditingkatkan, banyak keuntungan yang didapat. Tapi sebagai permulaan, Emmy harus mengatur strategi pemasaran dan produksi. Maklum, saat ini baru melibatkan delapan ibu-ibu dan dua penjahit. Itu pun mereka hanya bekerja paruh waktu. Omsetnya pun masih terbatas sekitar Rp 10 juta per bulan. Sebab, usaha ini baru rintisan tiga bulan lalu, dan baru menerima pesanan dari para pejabat dan koperasi. “Masih terbatas untuk sovenir,” katanya

Soalnya, masyarakat Indonesia belum merasa bangga memakai tas bekas plastik. “Ah barang bekas koq mahal,” kata Emmy menirukan salah seorang pembeli. Tapi katanya, justru di luar negeri yang ia tahu, memakai barang daur ulang apakah itu kertas, tas, perkakas rumah tangga, menjadi kebanggaan tersendiri. Sebab, ini menunjukkan kepedulian orang itu terhadap persoalan lingkungan.

“Memang masih perlu waktu untuk mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa salah satu bentuk kepedulian sosial terhadap persoalan sampah adalah membuang sampah pada tempatnya, mengolah sampah untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, dan menghargai produksi daur ulang. Ini yang belum ada kesadaran di sini,” katanya prihatin.

Emmy Laksmiyanti telah memberi contoh betapa dengan kepedulian dan kreativitas, mampu menghasilkan produk daur ulang yang dapat dibanggakan.


---

Aneka Produk dari Sampah Plastik

Di tangan orang yang kreatif, menumpuknya sampah plastik tak mendatangkan petaka tetapi justru mendatangkan berkah. Sampah plastik yang kerap mengotori jalan, selokan, sungai, dan itu berarti mengotori lingkungan, tak selamanya harus dibuang. Sampah plastik bisa diubah menjadi aneka produk berharga, mulai dari payung hingga tas laptop.

Sampah-sampah plastik yang kerap merepotkan Jakarta itu, bisa dicuci, dijemur, dan dipisah-pisahkan. Plastik dari bekas aneka barang kemasan itu lalu dibentuk jadi aneka produk berharga. Beberapa bengkel sederhana mampu menyulap sampah plastik seharga Rp 6.000 menjadi payung bernilai Rp 150 ribu. Aneka produk dengan bahan baku sampah plastik ini juga laku di sejumlah negara, seperti Singapura, Australia, Belanda, Jerman, dan Amerika Serikat.

Harga aneka produk dari sampah plastik juga lumayan, antara lain, tempat koin rata-rata Rp 2.500, tempat kosmetik Rp 8.000-Rp 11.000, dompet Rp 10.000-Rp 13.000, tas Rp 15.000-Rp 20.000, tempat pensil Rp 5.000-Rp 10.000, back pack Rp 30.000, dan sarung hand phone Rp 5.000-Rp 7.500.

Sampah plastik juga bisa dijadikan wadah media tanam. Apabila Anda kehilangan media tanam di lingkungan sekitar, lakukan dengan bantuan wadah atau tempat yang dapat dibuat sendiri atau menggunakan bahan-bahan yang sudah jadi. Dapat pula dipergunakan barang-barang bekas yang ada di sekeliling, seperti sampah plastik. Jika anda punya sampah plastik yang tidak dipakai, jangan buru-buru anda buang. Ada baiknya anda mencoba memanfaatkannya untuk bercocok tanam seperti anda bertanam di tanah biasa.

Jadi, sambil ikut serta menggerakkan lingkungan bersih, aneka produk bisa diproduksi dari barang tak terpakai itu: sampah bikin berkah. Ajib..![Profil Usaha » Edisi 97 / Tahun II / Tanggal 28 April - 2 Mei 2008]

Label:

0 komentar: