BS Temmar: Rumah Bagi Semua Orang

Maluku Tenggara Barat (MTB) sedang menata diri. Gugusan pulau-pulau nan cantik yang dimiliki Kabupaten yang berbatasan dengan negara Timor Leste dan Australia itu segera menyusul Bali. Industri pariwisata akan segera dibangun, begitu pula dengan sektor-sektor lainnya yang melengkapi. Berikut wawancara Shodiqin Nursa dengan BS Temmar, Bupati Kabupaten MTB, Provinsi Maluku, di Saumlaki, 6 Juni 2008:

Anda akan menjadikan MTB sebagai rumah bagi semua orang?
Memang MTB adalah suatu daerah baru yang secara sosiokultural mengalami sejarah yang sangat panjang. Dan sejarah yang panjang itu memperlihatkan bahwa masyarakt di MTB ini berada dalam situasi kemiskinan yang luar biasa. Oleh karena itu ketika menjadi kabupaten, kita harus mengentaskan kemiskinan itu, dan menurut saya visi dasar untuk itu ialah menjadikan MTB ini rumah yang nyaman bagi semua orang. Maksudnya bagaimana membuat masyarakat itu hidup dalam ukuran-ukuran yang wajar. Itu yang kita usahakan selama tiga tahun ke depan.

Kapan Anda akan memenuhi kebutuhan masyarakat?
Mulai tahun 2007. Kita mulai berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar atau basic need mereka secara bertahap. Menyediakan air bersih, pelayanan kesehatan harus semakin membaik, pendidikan harus kita konsolidasikan ulang, kemudian kita menata lingkungan desa-desa atau lingkungan pemukiman mereka, kita juga harus menyiapkan sarana dan prasarana termasuk meningkatkan tingkat pendapatan mereka. Oleh karena itu sejak 2007 kita secara bertahap sudah mulai, dan saya berharap di tahun 2012 wajah MTB itu sudah berubah di mana manusia dan masyarakat di kabupaten ini sudah mulai mengalami peningkatan-peningkatan tingkat maupun kualitas kehidupan mereka. Saya kira itu yang menjadi obsesi dasar untuk mewujudkan misi yang saya sebutkan tadi.

Jadi MTB akan menjadi kabupaten yang terbuka?
Memang MTB adalah satu kabupaten terbuka, dan sampai sejauh ini masyarakat di bagian-bagian lain di luar Maluku termasuk dari pulau Jawa sudah memasuki wilayah MTB. Dan karena ini koridor negara republik Indonesia, kita harus bisa menerima mereka apa adanya dan secara bersama-sama kita upayakan MTB ini mengalami kemajuan-kemajuan yang berarti untuk kesejahteraan semua orang, termasuk masyarakat kita yang berasal dari luar. Mereka-mereka terutama tenaga kerja yang mengalami kesulitan di pulau Jawa untuk mendapatkan pekerjaan, ternyata banyak masuk ke MTB, dan setelah mereka melakukan perekerjaan lalu mereka kembali lagi. Itu berlangsung sejak tahun 2007 sampai hari ini. Saya berharap bahwa ke depan mereka tidak lagi menjadi migran sirkular, tapi kalau bisa kita jadikan MTB ini rumah kita semua. Ini juga tergantung dari kesiapan kita menyediakan lapangan pekerjaan dan kebijakan-kebijakan yang kita lakukan.

Lalu, bagaimana Anda menata pendidikan?
Saya diwarisi oleh kondisi pendidikan yang cukup semrawut. Dan karena itu mulai tahun 2007, saya berharap pertengahan 2008 ini konsolidasi manajemen pendidikan pada semua level itu sudah selesai. Dan kita mulai merintis membuka jalur baru bagi output lulusan di MTB tidak lagi ke Ambon, tapi kita mulai merintis ke pulau Jawa. Ada masyarakat MTB yang sudah tertarik dan bahkan menyekolahkan anak mulai dari tingkat SMP, SMA, SMK di pulau Jawa. Nah kita sudah mendorong juga untuk mulai memasuki perguruan-perguruan tinggi di pulau Jawa. Dan secara tradisional memang ada beberapa sekolah di MTB yang memiliki hubungan-hubungan kerjasama dengan lembaga pendidikan di Jawa. Seperti SMA 1 Saumlaki dengan salah satu SMA di Kota Malang. Dan ini akan kita dorong terus, bahkan 2007 sejumlah sekolah mengambil inisiatif untuk melakukan studi tur maupun studi banding ke sejumlah sekolah di pulau Jawa.

Bagaimana dengan pembangunan kesehatan?
Nah bidang kesehatan sudah kita rintis termasuk dengan Departemen Kesehatan. Pada tahun 2008 kita mulai mengujicoba model pelayanan kesehatan untuk 2009, kerjasama Pemda MTB, Depkes dan Unicef. Kita berharap dari ujicoba ini akan menjadi model untuk kita kembangkan di gugus-gugus pulau yang lain.

Pertanian?
Pertanian kita rintis, bahkan dengan sejumlah perusahaan di pulau Jawa –mengembangkan pola pertanian baru di MTB. Pola pertanian yang berkembang di kabupaten ini adalah lahan berpindah, dan ini sangat mengganggu pelestarian lingkungan. Oleh karena itu mulai 2008 ini kita mulai mengujicoba pola pertanian baru yang bersifat menetap. Kita harapkan melalui kerjasama-kerjasama itu sektor pertanian tumbuh dalam produktifitas yang kita inginkan tetapi sekaligus tetap memelihara lingkungan.

Saya kira itu, bidang-bidang lain juga sudah kita rintis, bahkan dalam tahun 2007-2008 kita mendorong pihak TNI Polri kalau bisa mempercepat pembangunan infrastruktur baik kantor maupun infrastruktur lain yang ada di kabupaten kita. Saya berharap dengan hadirnya TNI Polri khususnya angkatan laut dan angkatan darat, kita akan terbantu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial dan persoalan-persoalan pembangunan di kabupaten kita.

Soal eksplorasi minyak?
Ada 10 perusahaan. Eksplorasi minyak ya memang baru sampai pada tahap penyelidikan umum. Ada juga yang sudah sampai pada tahap eksploitasi. Di pulau Wetar sekarang sedang dirampungkan 1 pabrik tambang nikel. Sedangkan dari yang lain-lain itu baru masih tahap penyelidikan umum. Termasuk gas di pulau Marsela, kita berharap tahun depan konstruksi sumber-sumber gas itu sudah selesai –untuk sepertinya sampai pada tahap eksploitasi.

Pola bagi hasil bagaimana?
Pola bagi hasil saya kira ini terikat dengan Undang-Undang. Yang paling kita harapkan, pertama adalah royalti, dan yang kedua adalah program pemberdayaan masyarakat.

Untuk melibatkan perusahaan ikut memberdayakan masyarakat, adakah rencana program semacam recognisi?
Saya kira begitu, menjadi bagian dari kesepakatan. Kita berharap sarana dan fasilitas umum yang diperlukan masyarakat setempat itu bisa dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang yang beroperasi di MTB. Jadi misalnya perbaikan permukiman, penyediaan sarana komunikasi, kesehatan, dan bahkan membantu anak-anak setempat bisa terlibat dalam perusahaan-perusahaan tambang tersebut dengan menyekolahkan mereka di pulau Jawa.

Adakah blue print untuk membangun MTB ke depan?
Kita sudah punya Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 20 tahun ke depan, dan rencana itu kan masih sangat makro. Oleh karena itu melalui RPJM kita sudah melakukan konstruksi tentang arah pembangunan 5 tahun ke depan. Oleh karena itu ada beberapa sektor prioritas, pertama yang mendasar dulu. Penuhi kebutuhan dasar masyarakat dulu yang masih sangat tertinggal. Kita perbaiki dulu pendidikan, kesehatan, pemukiman, menata lingkungan mereka. Saya berharap akhir tahun 2008 ini konstruksi dasar itu sudah mulai menemukan modelnya. Dan mulai tahun 2009 baru kita sampai pada program pemberdayaan masyarakat bagi peningkatan kesejahteraan mereka. Termasuk pada 2009 itu kita sudah berani mengajak investor ke MTB.

Bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan?
Sebetulnya persoalan dasar di MTB terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah pertama pengetahuan dan kedua ketrampilan. Serta yang ketiga, melalu rapat koordinasi yang kita bicarakan, yaitu infrastruktur bagi masyarakat. Kita memerlukan jalan, hampir di semua pulau. Kita memerlukan jalan dari desa-desa ke perkebunan masyarakat. Tetapi itu tidak cukup, kita memerlukan masyarakat yang memahami atau mengetahui tentang perkembangan di bidang kerja mereka masing-masing. Misalnya pertanian, kita sudah harus memperkenalkan pertanian modern: produktifitas tinggi dan tidak merusak lingkungan.

Ada banyak hasil karya masyarakat MTB tak terpasarkan ke luar, bagaimana Anda menyiasatinya?
Pasar lokal kita sudah mulai, pasar domestik juga sudah mulai kita siasati dengan mendirikan kantor perwakilan Kabupaten MTB di Surabaya. Melalui kantor perwakilan itu, pertama kita mengakses perkembangan harga pasar terhadap komoditi masyarakat kita –tetapi juga melakukan promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat kita. Nah dengan kesiapan seperti ini, paling kurang pada 2009 kita sudah bisa memasuki pasar domestik. Kalau pasar internasional, saya kira itu belum menjadi agenda kita. Mungkin 2010 kita mulai melirik pasar internasional.

Apa harapan Anda dengan dilaksanakannya rapat koordinasi percepatan pembangunan wilayah perbatasan di MTB?
Harapan permulaan saya sudah tercapai. Para partisipan memiliki empati yang sangat dalam terhadap MTB ini. Harapan saya yang kedua ialah para partisipan juga telah menyaksikan dengan mata kepala tentang realita MTB, dan harapan ketiga ialah kalau yang sudah kita sepakati itu mulai kita kerjakan bersama-sama. Saya memiliki record khusus kepada para peserta, teristimewa bapak Deputi Bidang Pengembangan Wilayah Khusus. Empati beliau terhadap kabupaten kita luar biasa. Empati itu akan merupakan entry point bagi kita untuk mulai membicarakan tentang program dan kebijakan-kebijakan yang sekaligus bisa menyelesaikan persoalan-persoalan kita di kabupaten ini.

Bagaimana dengan pengembangan wisata, akan menjadi seperti Bali?
Kita tidak harus sama dengan Bali. Tapi paling sedikit MTB sudah memanfaatkan potensi wisata yang ada di sini, dan itu menjadi salah satu sumber peningkatan pendapatan daerah termasuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dinas Pariwisata MTB termasuk di dalamnya kita sudah datang ke pemerintah pusat meminta agar dibuka port of entry. Dari port of entry itu saya berharap kunjungan-kunjungan dari luar, apakah kunjungan pemerintahan apakah itu kunjungan bisnis dst, itu akan memperkenalkan MTB, hingga pada waktunya mulai tahun 2010 kita memasuki wilayah pembangunan dunia pariwisata di kabupaten kita.

Problem listrik byar pet, cocokkah dengan tawaran KPDT soal pengadaan listrik alternatif?
Saya kira sangat cocok. Penerangan listrik untuk kebutuhan rumah tangga adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda. Maka energi listrik alternatif seperti listrik tenaga surya, memang kita butuh dalam skala yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan penerangan hampir di semua desa. Sementara itu untuk tujuan-tujuan produksi kita memerlukan energi alternatif misalnya tenaga surya atau tenaga angin dalam skala lebih besar sehingga membantu upaya kita mulai membangun sektor industri. Nah beberapa waktu yang lalu melalui pihak swasta, terutama yang berminat berinvestasi di bidang pertambangan, kita juga sudah membangun kerjasama-kerjasama untuk kemungkinan penelitian dan penerapan listrik tenaga arus (laut). Dan sejumlah investor sesungguhnya sudah memperlihatkan ketertarikan mereka, bahkan komitmen mereka untuk kita mulai mengeksplorasi arus laut yang ada di MTB untuk pembangkit listrik.

Termasuk penelitian LAPAN?
Dari penelitian LAPAN, yang paling visible adalah pertama tenaga surya dan kedua tenaga angin. Tetapi pada musim hujan atau pada bulan tertentu keadaan angin di wilayah kita ini hampir-hampir tidak ada, oleh karena itu kita sedang berpikir bagaimana menggabungkan dua sumber energi listrik ini. Mudah-mudahan melalui rapat koordinasi yang kita lakukan, implementasinya melalui pengkajian-pengkajian –kita akan sampai pada kebijakan-kebijakan dalam rangka penerapan teknologi tersebut.

Soal PLN?
Kita tidak berharap banyak pada PLN. Saya sudah usulkan ke Kanwil PLN di Ambon supaya ranting-ranting PLN yang ada di MTB ini bisa dikonsolidasi menjadi cabang. Tetapi persyaratan-persyaratan mereka untuk itu luar biasa ketatnya, sementara ranting-ranting pada saat ini yang tersebar di kabupaten kita ini memiliki manajemen yang sangat buruk. Dan manajemen yang sangat buruk itulah yang menyebabkan pelayanan listrik di kabupaten kita ini benar-benar sangat memprihatinkan. Saya memperoleh informasi dari ranting-ranting di sejumlah wilayah, pada saat mau menagih rekening baru listrik itu dinyalakan. Sesudah tagihan itu diperoleh, kemudian mati lagi. Oleh karena itu saya sendiri sudah tidak mau balik lagi dengan PLN. Saya lebih cenderung merekomendasikan energi listrik alternatif di luar PLN, kalau ada pihak swasta yang berminat ke sini. Saya kira lebih baik kita dorong daripada capek-capek, bolak-balik Ambon-Tual untuk membicarakan ini tapi sampai sejauh ini tidak pernah ada solusi.
Anda bertekad membangun MTB tanpa merusak lingkungan?
MTB memiliki karakteristik pulau-pulau kecil yang sangat rentan. Dan selama ini tidak pernah ada kebijakan yang berarti dalam penataan lingkungan hidup. Karena itu sejak saya menjabat pada 2007, salah satu aspek yang menjadi perhatian utama saya ialah soal pelestarian lingkungan.*


Label:

0 komentar: