Arrosa Kid’s Friend Dari Bojonggede Menembus Pasar Luar Negeri

Modal Rp 20 juta telah berlipat ganda. Omset mutakhir usaha ”boneka muslimah” ini beranak pinak menjadi Rp 300 juta. Pasar pun meluas, dari sekitar Bojonggede-Bogor, hingga Malaysia, Abudabi, Amerika Serikat dan Inggris.

Pusing mencari hadiah ulang tahun buat sang anak, justru menginspirasi Umining Dwi Kusminarti berdaya kreatif. Ceritanya, wanita kelahiran 1967 yang akrab disapa Atiek ini berburu hadiah ulang tahun anak perempuannya. Ia memilih hadiah boneka muslimah. Namun, setelah membolak-balik aneka merek boneka di beberapa tempat penjualan, Atiek tak menemukan boneka yang diinginkan.

Atiek pun penasaran. Ia mengontak teman sekampusnya dulu –yang bekerja di Abudabi, bagaimana kalau membuat sendiri boneka santun berbusana muslimah. Teman lamanya itu pun mencari-cari dan mendapatkan Fulla, boneka berbusana muslimah khas Arab yang beredar di Timur Tengah. “Kami ingin memberi alternatif mainan pada anak-anak. Kami ingin mainan itu menempel di benak anak-anak, yakni orang harus berpakaian muslimah sejak kecil,” ujar ibu dari Arsa (16) dan Lia (12).

Niat mulia mendandani boneka sebagai sahabat bermain anak-anak muslimah ini segera diwujudkan dengan membangun usaha. Pada awal tahun 2005, Atiek menelusuri pasar-pasar untuk mengukur kemungkinan pangsa pasar yang tersedia, lantas produksi perdana diluncurkan pada Agustus 2005.

Dengan modal Rp 20 juta, hasil patungan dengan teman-teman yang bekerja di Abudabi, boneka santun berbusana muslimah pun akhirnya hadir di Indonesia. Namun, Atiek memilih tidak membuat boneka sendiri. Ia ingin membeli yang sudah jadi, lalu mendandaninya. Boneka asal Cina, berbahan plastik yang dicetak, jadi pilihannya. Lalu, boneka itu dibalut jilbab dipadu dengan kebaya dan songket, busana khas Indonesia. Untuk wanita karir, boneka berjilbab itu dipadu dengan blazer dan celana panjang.

Untuk merek usaha, Atiek memilih nama Arrosa. Dalam bahasa Arab, Arrosa berarti boneka dan dalam bahasa Basque berarti bunga ros. Nah, boneka Arrosa atawa boneka muslimah yang berciri khas Indonesia itu, awalnya dikirim ke Abudabi untuk konsumen asal Indonesia.

Seiring meningkatnya pangsa pasar di Abudabi, dari 12 boneka hingga berlipat dua, yang dipasarkan ala getok tular (dari mulut ke mulut), celah pangsa pasar di Indonesia pun mengikuti. Selain terpajang di beberapa toko di Depok, Jawa Barat, Arrosa telah merambah ke Carrefour, Alfath Grup Yogyakarta, sampai kota-kota lainnya seperti Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Bontang, Tarakan, Palu, dan Gorontalo. Pada tahun 2007, pasar meluas hingga ke Malaysia dan Georgia, Amerika Serikat. Lantas, Februari 2008, Arrosa melayani permintaan pesanan dari Inggris.

Meluasnya pasar, sedikit membuat produksi Arrosa, yang berkantor di rumah Atiek di Bojonggede-Bogor ini, kerepotan. “Tantangan dan hambatan di awalnya adalah sulit mencari penjahit yang mau dan mampu menjahit baju kecil, karena agak rumit dibanding baju manusia,” kata alumni teknik kimia ITB itu.

Kemudian kesulitan itu teratasi setelah mendapatkan beberapa tenaga penjahit di sekitar rumahnya. Malah, bagi 7 penjahit yang kini menjahit baju boneka Arrosa, merasakan keberuntungannya. Sebab, hasilnya lumayan. Untuk 1 baju boneka dihargai Rp 5.000, rata-rata per hari ibu-ibu penjahit menghasilkan 10 baju. Jadi, seorang ibu penjahit yang tetap bisa mengurus anak-anaknya di rumah, bisa mengantongi hasil Rp 50 ribu per hari.

Kalau Anda ingin memiliki sebuah boneka Arrosa, cukup dengan merogoh kocek Rp 50 ribu. Di luar negeri pun harga tetap Rp 50 ribu, hanya saja ditambah ongkos kirim. Lain lagi kalau Anda adalah pedagang yang akan menjualnya kembali, maka harga yang dipatok produsen lebih murah, yakni Rp 42 ribu. Bagaimana kalau mau mengganti baju boneka? Anda tak perlu khawatir, Arrosa menyediakan baju-baju dengan beragam model, dengan harga Rp 25 ribu.

Setelah berjalan dua tahun, omset usaha Atiek mencapai Rp 300 juta, dengan rata-rata produksi per bulan, 300 boneka Arrosa dan 1.000 baju. Begitu datang bulan Ramadhan, produksi selalu melonjak hingga 1.000 boneka per bulan. “Permintaan selalu meningkat tiga kali lipat begitu datang bulan Ramadhan,” kata Atiek kepada opiniIndonesia, Rabu pekan lalu.

Berjalin berkelindan, Arrosa Kid’s Friend tak saja menjadi media pengenalan anak sejak dini terhadap busana muslimah, tetapi juga bisnis ini cukup menguntungkan. Inikah berkah luar dalam?

Barbie, Razanne, Fulla
Kalau Amerika Serikat (AS) memproduksi Barbie, boneka kenes bertubuh langsing, rok mini dan berambut blonde, warga muslim punya Razanne, yang anggun berjilbab.

Barbie mengenakan bikini, Razanne bergaun panjang dan berjilbab. Postur tubuh Razanne juga tak seseksi Barbie, yang bagian dadanya dibuat menonjol. Perbedaan itu sengaja dibuat produsen Razanne, Noor Art Inc. Michigan. Sebab, Razanne memang ditujukan untuk warga muslim AS.

Razanne dibuat untuk mengingatkan gadis-gadis muslim bahwa penampilan fisik bukanlah segalanya. "Apa pun masalahnya adalah apa yang berada di dalam diri Anda, tidak bagaimana penampilan Anda," kata Saadeh yang mendirikan NoorArt In. dengan istri dan beberapa investor lainnya. Perusahaan yang bermarkas di Livonia, Michigan, itu berdiri pada 1997. Perusahaan tersebut memang khusus menjual mainan yang ditujukan untuk anak-anak muslim.
Razanne dibuat dengan mengadopsi bentuk tubuh ABG. Diciptakan tiga versi, berkulit putih dan berambut pirang, berkulit cokelat dan berambut hitam, serta berkulit hitam dan berambut hitam.
Dengan menciptakan Razanne, Sadeeh ingin menampilkan sosok muslimah modern. Karena itu, ada Dr Razanne dan astronot Razanne. Ada pula Razanne gadis muslim pramuka, lengkap dengan rekaman kaset sumpah pramuka muslim.
Razanne, setiap tahun terjual 30 ribu boneka dengan harga bervariasi, mulai USD 9,99 hingga USD 24,99 (sekitar Rp 83 ribu-Rp 209 ribu) untuk satu set boneka.
Saingan Barbie lainnya adalah Fulla. Seperti Razanne, Fulla juga adalah boneka berjilbab. Di balik jilbabnya, Fulla memiliki rambut hitam. Matanya juga hitam dan lebar. Fulla tidak dikelilingi cowok seperti halnya Barbie yang berpacaran dengan Ken. Fulla, si boneka Muslimah itu, menjadi dagangan laris manis di Timur Tengah. Fulla muncul pada 2004 dan mampu menggantikan kelarisan Barbie.
Fulla juga tampil sebagai dokter dan guru. Pakaian Fulla antara lain terdiri dari busana wanita Muslim modern seperti celana jeans dan jilbab berwarna-warni seperti yang banyak dipakai oleh wanita muda di Mesir. Pada 2006, Fulla telah terjual 1,3 juta boneka.
Fulla telah mampir ke Indonesia. Pada 12 April 2007, perusahaan mainan terbesar di Timur Tengah, NewBoy FZ Co, meluncurkan boneka Fulla di Jakarta. Tentu saja, Fulla, yang berkarakter menyenangkan, penyayang, peduli, jujur, luwes, pintar, dan populer di sekolah itu, tampil dengan busana muslim khas Indonesia. [OI, Profil Usaha, Edisi 094, 7-13 April 2008]


Label:

0 komentar: