Sepi Cawapres

Suwung atawa sepi. Begitulah barangkali kita menjuluki pasar cawapres yang belum moncer. Puluhan tokoh yang populer di negeri ini berkoar berebut capres. Tulisan ini barangkali dapat menggugah hasrat beberapa tokoh nasional itu yang hanya diidamkan menjadi cawapres.

Tingkat popularitas dan elektabilitas calon presiden (capres) nyaris tetap, tak berubah. Di urutan pertama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), disusul Megawati Soekarnoputri dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Andai ada capres alternatif yang bisa sedikit mengganggu ketiga kandidat capres tersebut adalah Rizal Ramli.

Nama Prabowo Subianto, Wiranto, Jusuf Kalla dan Yusril Ihza Mahendra tergolong tak pantas maju capres. Keempat kandidat capres yang “diusung” oleh partainya masing-masing itu, lebih pantas di posisi calon wakil presiden (cawapres).

Prabowo Subianto berada di posisi paling atas, menempati tingkat kepantasan menjadi wakil presiden 2009-2014, dengan angka 54,9%; disusul Sultan 53,3%, Wiranto 50,6%, Jusuf Kalla 45,1%, Hidayat Nur Wahid 44,3% dan Yusril Ihza Mahendra 37, 9%. (Hasil survei LSN, Oktober 2008).

Jika merujuk pada hasil survei empat lembaga: CSIS, LP3ES, LIPI dan Puskapol UI, yang baru dirilis pekan lalu, maka di luar nama SBY dan Mega, hanya pantas berada di posisi cawapres.

Coba simak, hasil survei empat lembaga tersebut menyatakan, Partai Demokrat menempati urutan teratas dengan 21,5%; PDIP 15,21%; Partai Golkar 14,27%; PPP 4,15 persen; PKS 4,07%; PKB 3,25%; PAN 2,91% dan Gerindra 2,62%. Sementara capres: SBY masih menjadi capres terkuat dengan 46%, diikuti Megawati 17%, Sultan 4,7%, Prabowo Subianto 4,6%, Wiranto 3,6%, Amien Rais 2,2%, Hidayat Nur Wahid 2,1%, dan Jusuf Kalla 1,9%.

Jusuf Kalla yang menyatakan maju capres karena partainya besar, berada pada posisi ketiga dari hasil survei, pun harus mawas diri bahwa secara personal dia berada pada urutan buntut dari delapan tokoh nasional yang disurvei empat lembaga tersebut. Angka 1,9% sangat mengkhawatirkan andai JK benar-benar nekad maju capres.

Lantas, siapa nama cawapres yang bakal diunggulkan para capres? Prabowo, Sultan, JK, Hidayat Nur Wahid, atau Akbar Tandjung? Tampaknya Mega membuka kesempatan lebih luas, meski pilihan akan lebih dekat kepada Prabowo, Sultan, atau JK. Prabowo dan JK punya modal, sedangkan Sultan memiliki popularitas dan elektabilitas lebih tinggi jika dipasangkan dengan Mega.

Sementara buat SBY --andai JK benar-benar menolak menjadi cawapresnya-- kemungkinan memilih kembali pasangan dari Partai Golkar tipis. Kalau begitu, Sultan dan Akbar Tandjung juga tak akan dipilih SBY. Sedangkan Prabowo kurang memungkinkan dipasangkan dengan SBY karena sama-sama berlatar belakang militer.

Dari kelima nama cawapres yang disebut tadi, Hidayat Nur Wahid bisa menjadi pilihan satu-satunya cawapres SBY dari kalangan partai. Namun, manuver zigzag JK ke beberapa partai, termasuk PKS, bisa menghentikan kemungkinan pemasangan SBY-Hidayat. Karena itu, peluang cawapres non partai terbuka buat SBY: nama yang pernah muncul adalah Sri Mulyani Indrawati.

Namun begitu, bursa kandidat cawapres masih sepi. Semua tokoh yang berpeluang memimpin negeri subur tapi tak makmur ini belum tertarik melirik cawapres. Capres lebih menantang buat mereka, hingga bermimpi menjadi presiden lebih baik daripada menjadi wakil presiden dalam kenyataan.

Mungkin mereka perlu belajar “ngelmu kasunyatan”: ilmu kenyataan, yang tidak hanya mengajarkan legowo, tapi juga mengajarkan bagaimana kita cerdas melihat apa yang terjadi di sekitar kita dan menjadikannya sebagai pelajaran hidup. Ngelmu kasunyatan juga mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu banyak berkoar, sombong, mengumbar janji, dan asal nekad! Shodiqin [Polemik, Tahun I, Edisi 3, 16-22 Maret 2009]


Label:

0 komentar: