Pesona Bintan Tak Menjulang?

Pulau Bintan memang memesona, namun keindahan dan kekayaan kabupaten yang terletak di provinsi Kepulauan Riau itu tak begitu populer. Pulau gurindam itu baru populer ketika kabar korupsi lahan bernilai milyaran menyebar.

“Kain kerudung bersulam benang, dipakai berandam terlihat santun. Selamat berkunjung ke Pulau Bintan, kota gurindam negeri pantun,” begitulah ucap bupati kabupaten Bintan Ansar Ahmad kepada peserta Journalist Writing Competition COREMAP (Coral Reef Rehabilitation And Management Program) II, akhir tahun lalu.

Namun begitu, Ansar tak hanya ingin menunjukkan bahwa daerah yang dipimpinnya adalah surga pantun. “Bintan memiliki banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan,” katanya.

Karena itu, Ansar tak mau repot-repot menjawab pertanyaan soal kasus pelepasan kawasan hutan lindung Pulau Bintan yang melibatkan Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan Azirwan. “Soal itu sudah menjadi urusan KPK,” ujarnya. Menurutnya, lebih baik bertindak membangun Bintan agar dapat bersaing dengan kabupaten-kabupaten yang lebih maju.

Lantas, bupati Ansar Ahmad pun mempersilakan rombongan jurnalis dan tim COREMAP menyusuri Pulau Mapur, yang kaya terumbu karang.

Pulau Mapur, Surga Terumbu Karang
Di pagi buta, kami meninggalkan hotel tempat kami menginap di Kota Tanjung Pinang menuju Pulau Mapur. Pertama-tama perjalanan darat selama sejam ke Desa Kijang, lalu dilanjutkan dengan menyewa kapal 2 PK menembus gelombang laut selama sekitar dua jam: dan sampailah kami di Pulau nan indah bernama Mapur.

Pulau Mapur terletak di bagian timur laut Kepulauan Bintan Timur, tepat berada pada garis lintang utara 010002181 dan bujur timur 1040795541. Pulau Mapur masuk ke dalam wilayah Desa Mapur, terletak sekitar 28 mil dari Tanjung Pinang dan 12 mil dari Desa Kijang. Desa Mapur terdiri dari sebelas pulau yang mencakup area daratan 44 km2 dan perairan 198,5 km2. Namun hanya dua pulau yang berpenghuni yakni Pulau Mapur dan Pulau Merapat.

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau memasukkan Pulau Mapur dalam kategori berpotensi tinggi untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Keindahan dasar laut Pulau Mapur dan sektor perikanan tangkap potensial menarik minat para wisatawan.

Di Desa Mapur kami singgah di sebuah rumah penduduk serta menyambangi beberapa rumah penduduk lainnya yang menjorok ke pantai. Sebuah kawasan yang indah! Sepanjang mata memandang rasanya tak ada ganjalan yang bikin penat: kondisi daratan dan lautan yang menjadi bagian dari wilayah Mapur begitu memesona.

Hutan dan lahan pertanian yang menghampar dengan kekayaan tambang bauxite memberi harapan hidup sejahtera masyarakat jika pengelolaan sumber daya alam tersebut berjalan normal dan tertata dengan baik. Namun seperti yang terjadi pada hutan, tak berbeda dengan tempat lain, telah mengalami kerusakan. “Kerusakan hutan diakibatkan oleh masih berlangsungnya penebangan liar oleh pengusaha dari luar yang didukung oleh sebagian kecil penduduk desa dan aparat keamanan,” tulis buku Coremap II Journalist Writing Competition 2008 Kabupaten Bintan.

Sementara sumber daya wilayah perairan juga amat kaya. Ada hutan mangrove, terumbu karang dan berbagai jenis ikan seperti kerapu, selar, sotong, cumi, kepiting. Namun, menurut tim Coremap II, sumber daya perairan yang sangat penting adalah terumbu karang. Ekosistem ini terdapat di sekeliling pulau.

Pesona terumbu karang yang menghampar luas, masih dilengkapi dengan indahnya pantai. Wajar jika wisatawan dari Singapura dan Malaysia kerap menikmati surga terumbu karang Pulau Mapur. “Sangatlah menyenangkan. Menyelam dengan memandangi keelokan beragam jenis terumbu karang yang dikitari ikan-ikan warna-warni,” ujar seorang turis. Nah, sambutlah keunggulan potensi alam Pulau Bintan! (Shodiqin/ Pulau Bintan) [Polemik, Tahun I, Edisi 1, 2-8 Maret 2009]

Label:

0 komentar: