Mebel Akar Jati Diminati Luar Negeri

Hasil kreasi pengrajin akar pohon jati banyak diminati pembeli dari luar negeri. Karena memiliki nilai seni tinggi dan produk yang beragam, para pelanggan justru didominasi oleh para pedagang dari Inggris dan Belanda.

Bisnis mebel dari bahan akar pohon jati di Tulungagung, Jawa Timur, banyak diminati pedagang mancanegara. Ini karena hasil kreasi pengrajin akar jati tersebut memiliki nilai seni tinggi dan produk yang beragam.

Menurut Muhammad Ali (30), pemilik usaha mebel akar jati di Jalan Raya Doplangan Sepur Buntaran, Rejotangan, Tulungagung, usaha mebel dari bahan akar pohon jati yang digelutinya sejak tahun 1992 dengan modal awal Rp10 jutaan, kini meningkat hingga ratusan juta.

Ia mengatakan, sebagian besar pangsa pasarnya datang dari luar negeri. Bahkan, pesanan dari luar negeri dipastikan per bulannya berkisar 20-an kursi dan tempat asesori interior, setara dengan Rp 10 juta. Namun jika dirata-rata omset per bulan mencapai Rp 34 juta, sedangkan musim ramai seperti pada bulan Juli omsetnya bisa meningkat hingga 40 persen.

Muhammad Ali adalah penerus usaha akar jati yang dirintis ayahnya, Purnomo. Awalnya, pada 1992, usaha mebel yang digeluti Purnomo yang telah berjalan bertahun-tahun itu terhenti karena bahan baku dengan harga jual mebel tak lagi sebanding, lalu muncullah ide menggunakan akar pohon jati sebagai bahan baku. Lantas, jadilah semua jenis mebel Pak Purnomo berbahan baku akar pohon jati.

Tak disangka-sangka, “Mebel dari akar pohon jati direspon pasar. Bahkan, pelan-pelan pasarnya meluas serta pedagang dari Inggris dan Belanda menjadi langganan,” kata Muhammad Ali yang sejak lima tahunan lalu meneruskan usaha ayahnya itu.

Dua bulan sekali, pedagang dari Inggris selalu mendatangi bengkel kerja Muhammad Ali berbelanja kursi-kursi berukuran dobel, sebanyak 32-an buah (satu kursi dijual dengan harga Rp 400 ribu) atau satara dengan Rp 14 juta. Sementara pedagang dari Belanda selalu datang enam bulan sekali berbelanja tempat asesori interior seharga Rp 18 jutaan.

Sementara itu, pasar dalam negeri terutama di sekitaran daerah Jawa Timur rata-rata 2 kursi per hari. “Kalau lagi ramai, bisa 15 kursi plus beberapa meja terjual per harinya,” ujar ayah dari Putri Elok Lestari (6). Belum lama ini, sebuah pondok pesantren di Malang membeli 100 kursi dan meja bikinan Muhammad Ali.

Jadi, peminat kayu limbah ini cukup banyak karena kualitas kayunya sangat bagus dan tua, tetapi harganya relatif murah. Selain itu tentu karena nilai seninya sangat tinggi.
Kayu jati memang merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan keindahannya. Secara teknis, kayu jati memiliki kelas kekuatan satu dan kelas keawetan satu. Kayu ini juga sangat tahan terhadap serangan rayap.
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat mebel. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.
Sekalipun relatif mudah diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang. Tukang kayu di Eropa pada abad ke-19 konon meminta upah tambahan jika harus mengolah jati. Ini karena kayu jati sedemikian keras hingga mampu menumpulkan perkakas dan menyita tenaga mereka. Manual kelautan Inggris bahkan menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan.
Pada abad ke-17, tercatat jika masyarakat Sulawesi Selatan menggunakan akar jati sebagai penghasil pewarna kuning dan kuning coklat alami untuk barang anyaman mereka. Di Jawa Timur, masyarakat Pulau Bawean menyeduh daun jati untuk menghasilkan bahan pewarna coklat merah alami. Orang Lamongan memilih menyeduh tumbukan daun mudanya. Sementara itu, orang Pulau Madura mencampurkan tumbukan daun jati dengan asam Jawa. Pada masa itu, pengidap penyakit kolera pun dianjurkan untuk meminum seduhan kayu dan daun jati yang pahit sebagai penawar sakit.
Jati Burma sedikit lebih kuat dibandingkan jati Jawa. Namun, di Indonesia sendiri, jati Jawa menjadi primadona. Tekstur jati Jawa lebih halus dan kayunya lebih kuat dibandingkan jati dari daerah lain di negeri ini. Produk-produk ekspor yang disebut berbahan java teak (jati Jawa, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur) sangat terkenal dan diburu oleh para kolektor di luar negeri.
Nah, semua yang ada pada pohon jati selalu berguna dan bermanfaat. Kayu, daun, bahkan akarnya juga dapat dimanfaatkan menjadi berbagai jenis mebel dengan sentuhan karya seni yang apik. Tengoklah mebeler karya Muhammad Ali dan kawan-kawan yang bernilai seni tinggi itu.
Akar pun Sangat Berarti
Senso (gergaji mesin) menderu-deru. Suara tatar, tatah, beji, pasah, palu, ampelas, seperti musik perkusi terdengar di bengkel kerja Muhammad Ali hampir sepanjang hari. Tepat di tikungan pintu kereta Doplangan Sepur Buntaran, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, bengkel akar jati milik suami Lilik Isdiawati (26) itu selalu ramai di hari-hari kerja.
Meski dikerjakan sendiri oleh Muhammad Ali, dengan dibantu istrinya, bengkel ini selalu bisa memenuhi permintaan pelanggan. Setiap hari Muhammad Ali bisa menyelesaikan 4 buah kursi atau 6 meja. Sementara pelibatan orang lain dalam bisnis Muhammad Ali adalah dalam hal mencabut akar dari dalam tanah yang diberi upah per akarnya Rp 50 ribu; lalu penggunaan alat transportasi mengantar akar ke bengkel atau mengantar mebel akar jati ke tempat pembeli.
Harga mebeler buatan Muhammad Ali beragam. Kursi Rp 350 ribu (ada juga yang harganya mencapai Rp 1.750 ribu), kursi dobel Rp 500 ribu, kursi malas Rp 750 ribu, meja Rp 400 ribu-Rp 1 juta, dan tempat asesori interior Rp 750 ribu.
Dari mana akar-akar kayu jati yang dipoles Muhammad Ali menjadi mebeler yang apik? Muhammad Ali membelinya ke pemilik perorangan atau Perhutani. Akar jati yang merupakan limbah kayu ini ia beli dengan harga bervariatif tergantung kualitas kayu dan besarannya, dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu. “Kalau harganya lebih dari Rp 500 ribu, saya nggak mau beli. Soalnya nanti susah jualnya,” ujar Muhammad Ali yang mengaku mengambil untung dari setiap jenis mebelernya seperti kursi Rp 50 ribu-Rp 75 ribu. [OI, Profil Usaha, Edisi 107 / Tahun III / Tanggal 07 Juli - 13 Juli 2008]



Label:

1 komentar:

polo said...

salam kenal om...
mau tanya? harga 100rb-400rb itu kita cabut sendiri akarnya atau sipenjual yang cabut akarnya..? terimakasih