Lukisan Pelepah Pisang dari Rembang

Bosan jadi kuli, Tulus Setia membangun usaha sendiri. Delapan tahun berjalan, kehidupan keluarganya pun tercukupi dengan hasil karya lukisnya yang berbahan pelepah pisang.

Bergelut dengan gabus yang dirangkai menjadi aneka leter (tulisan) dan logo yang cantik membuat Tulus Setia memendam cita-cita berhenti dari pekerjaannya itu. Pasalnya, selama tujuh tahun terlibat dalam pembuatan tulisan dan logo di pameran-pameran di Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan Jakarta Convention Center (JCC), ia hanya menjadi kuli (buruh) bagi orang lain di beberapa stand yang berpameran. Sementara itu dalam benaknya bergejolak, “Kapan saya bisa berpameran sendiri dan bukan menjadi kuli dalam pameran,” kenang Tulus Setia.

Mimpi memiliki usaha sendiri pun tak terbendung. Setelah tujuh tahun jadi kuli di Jakarta, pria asal Rembang, Jawa Tengah, ini memutuskan kembali ke kampung halamannya dengan satu tekad: berkarya dan berusaha sendiri. Pada tahun 2000, kegemaran masa kecilnya dikembangkan, yakni kebiasaan membuat prakarya seukuran bingkai foto 10 R dengan bahan pelepah pisang (Jawa: debog).

Ceritanya, sewaktu Tulus Setia masih duduk di kelas 1 SD, ia terbiasa membantu mengerjakan prakarya kakaknya yang bersekolah di Sekolah Pendidikan Guru. Saat itu, kakaknya hobi membuat prakarya (pekerjaan rumah dari sekolah) yang berbahan baku pelepah pisang. Perjumpaannya dalam setiap pengerjaan prakarya kakaknya, membuat Tulus membiasakan diri membuat prakarya serupa pada saat ia duduk di kelas 6 SD. Setamat SMA 1991/1992 Tulus merantau ke Jakarta hingga tertambat dalam pekerjaan yang juga berbau seni: membuat leter dan logo dari gabus.

Nah, hobi yang disukai sewaktu kecil itu menjadi ide berkarya Tulus lima belas tahun kemudian. Dengan bahan pelepah pisang, Tulus mengembangkan prakaryanya sewaktu kecil menjadi lukisan yang apik. Pelepah pisang yang sudah dikeringkan itu, ia buat menjadi lukisan: ada wayang, realis dan pemandangan. Lukisan debog bikinan Tulus terdiri dari beberapa ukuran mulai dari 25x30 sentimeter yang dijual dengan harga Rp 150 ribu hingga ukuran 100x120 sentimeter dengan harga jual Rp 2 juta lebih.

Dalam sebulan, suami H Haryanti ini mampu menghasilkan puluhan lukisan ukuran kecil dan sedang serta dua lukisan berukuran besar. Sementara tingkat penjualan rata-rata 1 lukisan berukuran besar dan beberapa ukuran kecil per bulan. “Yah.. cukup lah buat memenuhi kebutuhan anak istri,” ujar ayah dari Bernika Ifada (2) dan Taka Kesawa (1) ini.

Mulanya Tulus tak begitu memerhatikan aspek pasar. Ia berjalan mengalir saja memasarkan hasil karya seninya itu, terutama bergantung pada para pembeli yang datang ke galerinya yang diebri nama Kelaras Art di Jl Gajah Mada No. 6 Banyudono, Rembang. Barulah pada 2003, ia mulai aktif ikut tampil di pameran. Awalnya ikut berpartisipasi dalam pameran Gebyar Rembang yang digelar setiap bulan Junis, lalu berturut-turut hampir setiap tiga bulan sekali ikut pameran di berbagai tempat antara lain di Tuban, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.

Dari situlah jangkauan pasar lukisan debog karya Tulus kian melebar. Lukisan debog dengan menampilkan aneka cerita wayang seperti keluarga Pandawa, keluarga kerajaan sedang menaiki kereta kencana, hingga yang realis berupa adu jago dengan ditonton banyak orang dari yang duduk-duduk sampai berdiri sambil mengapit sepedanya, semakin menjangkau ke mana-mana. Setidaknya ratusan lukisan karya Tulus telah ikut mewarnai khazanah karya lukis berbahan baku pelepah pisang di negeri Indonesia.

Namun begitu, yang paling menyenangkan buat Tulus adalah bahwa karya-karya seninya itu sudah mulai banyak dinikmati orang. “Dengan semakin meluas pasar lukisan debog ini, maka berarti kian banyak orang menikmati hasil karya saya. Itu menyenangkan,” katanya. Kesetiaan Tulus Setia membuat lukisan debog terus ia pupuk dengan membuat galeri yang berada di salah satu ruang di Hotel Kartini Rembang.

Hotel dengan 7 kamar (total izin adalah 9 kamar) yang baru beroperasi sejak November tahun lalu ini adalah milik Tulus Setia. Keranjingan usaha yang merupakan cita-cita lamanya ketika menjadi kuli itulah yang membuat naluri Tulus terasah hingga terwujudlah hotel mungil bertarif Rp 30 ribu sampai Rp 100 ribu per malam. Dan dengan naluri usahanya pula Tulus mulai pintar menggaet pelanggan. Terbukti sejak beroperasi, tak pernah ada kamar kosong tanpa penginap. “Alhamdulillah, semua kamar selalu terisi,” papar pria yang sedikit banyak selaras bersesuaian dengan nama yang disandangnya: tetap Tulus dan Setia!

Bagi Anda yang kebetulan melakukan perjalanan di sekitar pantura timur, begitu memasuki Kabupaten Rembang tidaklah sulit menemukan Hotel Kartini yang nyaman tetapi berbandrol murah. Tentu saja Anda bisa menikmati kelebihan hotel ini dengan menikmati lukisan debog karya sang pemilik hotel.

Namun, lagi-lagi, alasan Tulus mendirikan hotel juga didasari oleh ketulusan dan kesetiaannya dalam menjiwai rasa-karsa-karya seni debog yang menjadi fokus berkreasi. Dengan memajang karyanya di hotel, tentu akan semakin meluaskan pasar hingga karya Tulus dinikmati lebih banyak orang, bertambah dan bertambah.

Pelepah Pisang Banyak Guna
Siapa tak kenal pelepah pisang. Pelapah bagian tengah dalam, berwarna putih-kuning dengan banyak serat, biasa digunakan oleh para petani sebagai penutup pembenihan padi agar tidak tersengat sinar matahari. Pelepah bagian tengah, berwarna kuning-hijau dengan sedikit serat, biasa digunakan pula oleh para petani untuk keperluan yang sama serta digunakan oleh para nelayan buat alas menaruh ikan dan alas batik cap bagi pembatik. Dan kedua lapisan pelepah pisang bagian dalam, tengah dalam dan tengah itu (dalam bentuk gelondongan), juga biasa digunakan buat alat membajak sawah tradisional.

Sementara pelepah bagian luar, berwarna hijau-ungu dengan banyak serat dan kuat, berguna buat banyak hal. Dari barang kerajinan, bahan baku pelepah pisang paling luar ini bisa mempercantik produk keramik yang menggunakan ornamen pelepah pisang. Pelapah pisang juga bisa dibuat pernik-pernik unik seperti buku menu di restoran-restoran, buku tamu hotel, blocknote, tempat sovenir, keranjang pakaian, asbak, kuda-kudaan, bingkai foto, pot bunga, dompet, tas, sepatu, dan boneka.

Pelepah pisang memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri setelah diproses menjadi barang kerajinan. Baik melalui model penempelan, anyaman maupun untuk ornamen produk kerajinan lainnya. Tekstur dan warna pelepah pisang (cenderung coklat muda setelah dikeringkan) unik dan alami. Produk lain yang dikombinasi dengan pelepah pisang juga terlihat lebih menarik dan memiliki nilai jual tinggi. Debog pancen akeh gunane! [OI, Profil Usaha, Tahun III, Edisi 108, 14-20 Juli 2008]


Label:

0 komentar: